the legend of mount bromo Hundreds years ago,roro anteng and joko seger lived on the foot of mount bromo, They ruled the area and named it Tengger, After several years ,Roro Anteng and Joko Seger had not had any children They climbed the top of mountain and prayed there night and day hoping that the God would listen. The prayer was heard and granted to give them many children. However, they had to promise that they would sacrifice their youngest child in return. After sometime, roro anteng gave birth to a child,and happened every year until they had 25 children. it was time to sacrifice the youngest child. but the parents could not do it. They tried to hide him, but an eruption happened and Kusuma fell into the crater. There was silence before they heard a voice. “I have to be sacrificed so that you will all stay alive. From now on, you should arrange an annual offering ceremony on the 14th of Kesodo ''. It was Kusuma’s voice. Kusuma’s brothers and sisters held the offering ceremony every year. Instead of human being, they collected fruits, vegetables, rice, and meat to be off to the Gods. And this has been done generation after generation until today.
TERJEMAHAN Ratusan tahun yang lalu,, roro Anteng dan Joko
Seger tinggal di kaki gunung bromo,Mereka memerintah daerah dan menamakannya
Tengger, Setelah beberapa tahun, Roro Anteng dan Joko Seger tidak punya anak
mereka doa diberikan dalam satu kondisi mereka harus mengorbankan anak bungsu
mereka ke kawah bromo Setelah beberapa waktu, roro Anteng melahirkan seorang
anak, dan terjadi setiap tahun sampai mereka memiliki 25 anak. sudah waktunya
untuk mengorbankan anak bungsu. tapi orang tua tidak bisa melakukannya. Mereka
mencoba untuk menyembunyikannya, tapi letusan terjadi dan Kusuma jatuh ke
kawah. Ada keheningan sebelum mereka mendengar suara. "Saya harus
dikorbankan sehingga Anda akan semua tetap hidup. Mulai sekarang, Anda harus
mengatur persembahan upacara tahunan pada tanggal 14 Kasodo ''. Itu suara
Kusuma. saudara-saudara Kusuma diadakan upacara persembahan setiap tahun.
Alih-alih manusia, mereka mengumpulkan buah-buahan, sayuran, beras, dan daging
untuk pergi ke Dewa. Dan ini telah dilakukan dari generasi ke generasi hingga
saat ini. sekian dari saya semoga bisa bermanfaat terimakasih
ConversionConversion EmoticonEmoticon